Rabu, 24 Juni 2009

Cinta Membuat Kita Bersayap
Penulis: Gede Prama

Entah dari mana datangnya kekuatan, setelah belajar jauh ke
negeri orang bertahun-tahun, membaca ribuan buku, majalah,
koran, mengumpulkan pengetahuan lewat internet, dicerahkan
oleh pergaulan yang demikian luas, diperkaya oleh film yang sempat
saya tonton, namun bolak-balik saya didamparkan pada puncak
ide yang bernama cinta. Mirip dengan guru Aikido yang bernama
Morihei Ueshiba, yang menyebut hanya ada satu puncak yaitu
cinta, perjalanan ide saya juga demikian. Dari bacaan, pergaulan,
maupun tontotan, semuanya berujung pada lorong yang bernama
cinta.

Demikian juga ketika saya bersama anak-anak menonton film The
Theory of Conspiracy di HBO suatu malam pertangahan Maret
2000. Film inspiratif yang dibintangi Mel Gibson dan Julia Roberts
ini, memang dilatarbelakangi oleh dunia intelejen yang penuh
teka-teki, menantang dan kadang kejam. Mel Gibson dan Julia
Roberts memang bermain mengagumkan. Namun, yang lebih
mengagumkan adalah cerita film ini. Untuk tujuan kekuasaan
yang penuh kekejaman, kerakusan dan keserakahan, Mel
Gibson memorinya diacak-acak dan dihancurkan. Kemudian,
diformat ulang agar ia menjadi seorang pembunuh yang berdarah
dingin. Yang diharapkan bisa membunuh seorang hakim yang
membongkar kasus lama.

Akan tetapi, begitu Mel Gibson siap membunuh sang hakim, ia
melihat cinta seorang hakim terhadap puterinya (Julia Roberts)
yang menawan.Entah cinta sang hakim pada puterinya, atau cinta
seorang pria kepada seorang wanita, yang jelas seluruh energi
cinta ini menghentikan energi membunuh Mel Gibson yang penuh
dengan format penguasa.

Merasa takut dan tidak puas dengan hasil format terhadap Mel
Gibson, ia pun dikejar dan disiksa. Bahkan sampai mengerahkan
seluruh komponen aparat keamanan. Sekali lagi, ia selamat berkat
sayap yang bernama cinta. Di akhir cerita, secara amat romantis Mel
Gibson bertutur apik : love gives us wing.

Kalimat apik terakhir ini mengingatkan saya pada sejumlah
pengalaman berat. Dalam presentasi di depan petinggi-petinggi
Citibank Indonesia dari country manager sampai dengan semua
vice president saya bertemu dengan banyak sekali orang pintar
dengan jam terbang yang mengagumkan. Demikian juga ketika
diajak keliling Indonesia oleh Tupper Ware. Saya bertemu dengan
banyak manusia yang amat beragam. Hal yang sama juga
terjadi, ketika melakoni diri menjadi konsultan yang harus
berhadapan dengan pengusaha-pengusaha sukses yang kaya
raya. Ada yang sombong, merendahkan, menghina sampai dengan
kagum penuh pujian.

Akan tetapi, dengan modal sayap yang bernama cinta, semua itu
lewat tanpa halangan yang menakutkan. Seorang peserta
lokakarya yang amat sarkastis di awal, di akhir malah memeluk
saya sambil memberikan hadiah sepasang sepatu mahal. Kerap
saya ragu dan bingung, tanpa usaha yang terlalu keras,
bagaimana orang yang demikian bermusuhan awalnya menjadi
demikian bersahabat. Dalam politik perkantoran juga sama. Kepala
saya pernah diinjak dan dikencingin orang lain. Bahkan ada yang
melakukannya di depan umum. Entah dari mana datangnya
kekuatan, orang-orang seperti ini belakangan tidak sedikit yang
menaruh hormat yang tinggi.

Dan setelah mendengar pesan Mel Gibson bahwa love gives us
wing, saya baru saja sadar. Bahwa cinta bisa membuat kita
bersayap. Untuk kemudian, terbang tinggi-tinggi dalam kehidupan.
Tidak hanya tinggi dalam prestasi materi, tetapi juga tinggi dalam
prestasi spiritual. Lebih dari itu, sebagaimana burung yang
bersayap, tubuh dan jiwa ini juga menikmati kebebasan yang
demikian mengagumkan. Imajinasi, inovasi, inspirasi datang demikian
mudahnya dalam kehidupan yang bersayapkan cinta.

Coba perhatikan lirik lagu Boyzone yang berjudul Every Day I Love
You, It's a touch when I feel bad, It's a smile when I get mad.
Cinta memang bisa demikian memabukkan kalau tidak dibingkai
dengan kedewasaan dan kearifan. Namun begitu ia berada
dalam bingkai kedewasaan dan kearifan, ia berfungsi persis seperti
sayap besar dan tangguh. Dan siap membawa kita kemana saja kita
pergi dalam kehidupan.

Bercermin dari filmnya Mel Gibson, pengalaman pribadi saya,
maupun lagunya Boyzone, akan banyak gunanya kalau kita
membanjiri diri kita dengan cinta. Dan ini sebenarnya tidak sulit.
Energi cinta tersedia demikian melimpah di mana-mana. Istri, suami,
anak, orang tua, tetangga, alam semesta, Tuhan adalah
sumber dan sekaligus tempat penyaluran cinta. Kita bisa
melakukannya kapan saja dan di mana saja baik dengan biaya
mahal maupun murah.

Saya menyisakan sebagian kecil makanan di pinggir piring setiap
kali makan, meletakkan segenggam nasi di pinggir taman rumah
agar dimakan oleh burung-burung gereja yang datang setiap pagi,
meletakkan daun talas di kolam ikan agar ikan makan dengan lahap,
membagi sebagian kecil rejeki ke orang-orang bawah yang
memerlukan, memberi semampu mungkin ke anak, isteri dan orang
tua. Anda saya yakin punya cara yang jauh lebih banyak
dibandingkan dengan saya. Mencintai juga lebih hebat
dibandingkan dengan saya. Namun, jangan pernah lupa, cinta
membuat kita bersayap. Dan kemudian membuat tubuh dan jiwa
ini terbang demikian enteng dan ringan. Seperti Mel Gibson yang
mengalahkan format teknologi yang demikian mengagumkan namun
kejam.

LOVE - LOVE ME DO AND LOVE - LOVE YOU DO..........................

0 komentar:

Posting Komentar